Cinderella,
Little mermaid, Ande-Ande Lumut, Keong Mas, Tersanjung, Pernikahan Dini, Ada
Apa Dengan Cinta, Meteor Garden, dan Boys Before Flower. Nama-nama tersebut
adalah sebagian judul cerita yang pastinya banyak orang mengetahuinya. Perkembangan
cerita pada masa sekarang baik dalam media audio, visual, maupun audio visual
telah mengalami kemajuan dan variatif, begitu pula dengan cerita yang
bertemakan percintaan akan selalu hadir sampai kapanpun. Cerita mengenai
percintaan ini sebenarnya tidak hanya hadir untuk kalangan muda dan tua saja,
tetapi juga untuk kalangan anak-anak. Disaat kita masih anak-anak, kita sudah
diberikan berbagai cerita melalui dongeng-dongeng dalam karakter manusia maupun
hewan. Dari cerita-cerita tersebut, anak-anak kecil yang masih memiliki
pemikiran polos dan jernih akan mulai mengimajinasikan berbagai hal yang
berkaitan dengan cerita yang telah mereka terima. Begitu pula dengan para kaum
muda dan tua, disaat mereka menikmati suatu cerita percintaan, pikiran mereka
juga memikirkan dan mengimajinasikan cerita tersebut. Tapi sebenarnya mengapa
cerita percintaan tersebut memiliki daya pikat yang kuat dan selalu ada hingga
sekarang? Jika kita telusuri cerita-cerita percintaan tersebut, kita bisa
menemukan suatu konsep cerita yang sama antara cerita yang satu dengan cerita
yang lainnya. Konsep tersebut, yaitu cinta dongeng. Apa itu cinta dongeng?
Banyak orang beranggapan bahwa cinta dongeng lebih kepada cinta peri, cinta
para putri, dan lain-lain, di mana seseorang menemukan cintanya dengan
mendapatkan suatu keajaiban dari bantuan seseorang atau sesosok makhluk yang
tidak pernah muncul di dunia nyata. Memang sebenarnya konsep cinta dongeng ini
berasaskan pada kisah dongeng anak-anak tetapi tidak hanya terpacu pada kisah
peri dan putri kerajaan saja, melainkan keseluruhan dongeng anak yang membahas
tentang percintaan dan kisah tersebut telah menyebar dan diubah menjadi cerita
yang ramai saat ini, seperti sinetron, drama serial, FTV, film, novel, dan
lain-lain.
Konsep
cinta dongeng yang dimaksud adalah suatu konsep yang mengaduk-aduk emosi yang
berujung pada kesenangan atau hidup bahagia yang memunculkan kegiatan
membayangkan dan mengimajinasikan kisah cinta ke dalam kehidupan nyata (cinta
semu/pseudo love). Konsep ini terfokuskan pada pengejaran keinginan yang
terpendam dengan berbagai gangguan dari faktor lain, khususnya orang ketiga dan
berakhir dengan pernikahan dan bahagia. Konsep cinta ini memunculkan banyak
emosi yang terjadi dalam kisah percintaan tersebut. Di dalam dongeng tersebut, subyek
cenderung untuk mendekati atau menghindari obyek atau mengabdi kepadanya atau
juga menolongnya maju atau sebaliknya membuat hancur. Yang mencintai mencoba
untuk mengembangkan apa yang dicintainya dan yang membenci mencoba untuk
mengecilkan atau menghilangkan yang dibencinya. Hal inilah yang menjadi konsep
pengadukan emosi dalam cinta.
Lahirnya
pseudo love dalam konsep cinta dongeng telah berhasil menyebar di
kalangan manusia jaman sekarang ini dan ternyata kelahiran tersebut memiliki
titik utama yang membentuk kemunculan konsep cinta tersebut, yaitu adanya
keberadaan catharsis dalam konsep cinta dongeng. Konsep cinta dongeng
yang terkenal akan konsep pengadukan emosinya, ternyata merupakan suatu
pembahasan yang awalnya dibahas pada masa Yunani yang terkenal dengan cathrasis.
Catharsis atau kata lainnya, yaitu Katharsis berasal dari kata
Yunani kuno yang berarti membersihkan. Dalam KBBI, catharsis diartikan Kris,
yaitu penyucian diri yang membawa pembaruan rohani dan pelepasan dari
ketegangan; Psi, yaitu cara pengobatan orang yang berpenyakit saraf
dengan membiarkannya menuangkan segala isi hatinya dengan bebas; Sas,
yaitu kelegaan emosional setelah mengalami ketegangan dan pertikaian batin
akibat suatu lakuan dramatis. Kalau dalam penjelasan Aristoteles dalam buku Poetics
(terj. 1996), catharsis adalah bentuk dari pembersihan emosi. Tetapi
sebenarnya catharsis ini memiliki pengertian dasar yang hampir sama
dengan konsep cinta dongeng, yaitu sentakan emosi atau kejutan tak terduga
sebagai emosi yang memuncak dan kembali menurun. Konsep cinta dongeng yang
berawal dari perasaan yang menyenangkan dapat berubah menjadi ketakutan,
kekesalan, kemarahan, kesedihan, keberanian, dan kesabaran yang penuh terhadap
kejadian tersebut. Hal ini terjadi dikarenakan perubahan jiwa yang merupakan
suatu kenikmatan tersendiri yang dirasakan oleh para manusia yang menikmati
konsep cinta tersebut. Di saat kita menemukan sesuatu yang membuat emosi kita
bergerak, kita merasa ada yang aneh dalam perasaan yang dialami saat itu. Kita
akan merasa terbebaskan dari belenggu-belenggu yang menumpuk di dalam perasaan
kita. Sejenak emosi kita tercucikan dan menjadi jernih. Terganggunya emosi
tersebut membuat kita menjadi ketagihan dan membutuhkan asupan untuk pembebasan
diri. Asupan ini seperti obat untuk membersihkan emosi-emosi yang selalu
menjadi beban dalam hidup. Orang-orang yang menyaksikan dan menikmati konsep
cinta dongeng tersebut akan merasa seperti mendapat pelajaran berharga bahwa
suatu kebahagiaan harus dikejar sampai benar-benar didapatnya kebahagiaan tersebut.
Hal inilah yang menjadi penyebab dari maraknya kisah percintaan yang beredar di
berbagai cerita. Bahwa sebenarnya konsep cinta dongeng yang ramai saat ini
tidak hanya sebagai cerita picisan/murahan semata, tetapi bisa sebagai alat
refleksi untuk menghilangkan kejenuhan atau ketidakstabilan yang telah dihadapi
oleh para manusia. Karena konsep tersebutlah yang membuat cerita yang bernuansa
cinta dongeng ini akan tetap hadir dari masa ke masa dan menjadi suatu
kebutuhan dari para peminatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar