Kamis, 08 November 2012

Keberadaan Catharsis Dalam Konsep Cinta Dongeng


Cinderella, Little mermaid, Ande-Ande Lumut, Keong Mas, Tersanjung, Pernikahan Dini, Ada Apa Dengan Cinta, Meteor Garden, dan Boys Before Flower. Nama-nama tersebut adalah sebagian judul cerita yang pastinya banyak orang mengetahuinya. Perkembangan cerita pada masa sekarang baik dalam media audio, visual, maupun audio visual telah mengalami kemajuan dan variatif, begitu pula dengan cerita yang bertemakan percintaan akan selalu hadir sampai kapanpun. Cerita mengenai percintaan ini sebenarnya tidak hanya hadir untuk kalangan muda dan tua saja, tetapi juga untuk kalangan anak-anak. Disaat kita masih anak-anak, kita sudah diberikan berbagai cerita melalui dongeng-dongeng dalam karakter manusia maupun hewan. Dari cerita-cerita tersebut, anak-anak kecil yang masih memiliki pemikiran polos dan jernih akan mulai mengimajinasikan berbagai hal yang berkaitan dengan cerita yang telah mereka terima. Begitu pula dengan para kaum muda dan tua, disaat mereka menikmati suatu cerita percintaan, pikiran mereka juga memikirkan dan mengimajinasikan cerita tersebut. Tapi sebenarnya mengapa cerita percintaan tersebut memiliki daya pikat yang kuat dan selalu ada hingga sekarang? Jika kita telusuri cerita-cerita percintaan tersebut, kita bisa menemukan suatu konsep cerita yang sama antara cerita yang satu dengan cerita yang lainnya. Konsep tersebut, yaitu cinta dongeng. Apa itu cinta dongeng? Banyak orang beranggapan bahwa cinta dongeng lebih kepada cinta peri, cinta para putri, dan lain-lain, di mana seseorang menemukan cintanya dengan mendapatkan suatu keajaiban dari bantuan seseorang atau sesosok makhluk yang tidak pernah muncul di dunia nyata. Memang sebenarnya konsep cinta dongeng ini berasaskan pada kisah dongeng anak-anak tetapi tidak hanya terpacu pada kisah peri dan putri kerajaan saja, melainkan keseluruhan dongeng anak yang membahas tentang percintaan dan kisah tersebut telah menyebar dan diubah menjadi cerita yang ramai saat ini, seperti sinetron, drama serial, FTV, film, novel, dan lain-lain.
Konsep cinta dongeng yang dimaksud adalah suatu konsep yang mengaduk-aduk emosi yang berujung pada kesenangan atau hidup bahagia yang memunculkan kegiatan membayangkan dan mengimajinasikan kisah cinta ke dalam kehidupan nyata (cinta semu/pseudo love). Konsep ini terfokuskan pada pengejaran keinginan yang terpendam dengan berbagai gangguan dari faktor lain, khususnya orang ketiga dan berakhir dengan pernikahan dan bahagia. Konsep cinta ini memunculkan banyak emosi yang terjadi dalam kisah percintaan tersebut. Di dalam dongeng tersebut, subyek cenderung untuk mendekati atau menghindari obyek atau mengabdi kepadanya atau juga menolongnya maju atau sebaliknya membuat hancur. Yang mencintai mencoba untuk mengembangkan apa yang dicintainya dan yang membenci mencoba untuk mengecilkan atau menghilangkan yang dibencinya. Hal inilah yang menjadi konsep pengadukan emosi dalam cinta.
Lahirnya pseudo love dalam konsep cinta dongeng telah berhasil menyebar di kalangan manusia jaman sekarang ini dan ternyata kelahiran tersebut memiliki titik utama yang membentuk kemunculan konsep cinta tersebut, yaitu adanya keberadaan catharsis dalam konsep cinta dongeng. Konsep cinta dongeng yang terkenal akan konsep pengadukan emosinya, ternyata merupakan suatu pembahasan yang awalnya dibahas pada masa Yunani yang terkenal dengan cathrasis. Catharsis atau kata lainnya, yaitu Katharsis berasal dari kata Yunani kuno yang berarti membersihkan. Dalam KBBI, catharsis diartikan Kris, yaitu penyucian diri yang membawa pembaruan rohani dan pelepasan dari ketegangan; Psi, yaitu cara pengobatan orang yang berpenyakit saraf dengan membiarkannya menuangkan segala isi hatinya dengan bebas; Sas, yaitu kelegaan emosional setelah mengalami ketegangan dan pertikaian batin akibat suatu lakuan dramatis. Kalau dalam penjelasan Aristoteles dalam buku Poetics (terj. 1996), catharsis adalah bentuk dari pembersihan emosi. Tetapi sebenarnya catharsis ini memiliki pengertian dasar yang hampir sama dengan konsep cinta dongeng, yaitu sentakan emosi atau kejutan tak terduga sebagai emosi yang memuncak dan kembali menurun. Konsep cinta dongeng yang berawal dari perasaan yang menyenangkan dapat berubah menjadi ketakutan, kekesalan, kemarahan, kesedihan, keberanian, dan kesabaran yang penuh terhadap kejadian tersebut. Hal ini terjadi dikarenakan perubahan jiwa yang merupakan suatu kenikmatan tersendiri yang dirasakan oleh para manusia yang menikmati konsep cinta tersebut. Di saat kita menemukan sesuatu yang membuat emosi kita bergerak, kita merasa ada yang aneh dalam perasaan yang dialami saat itu. Kita akan merasa terbebaskan dari belenggu-belenggu yang menumpuk di dalam perasaan kita. Sejenak emosi kita tercucikan dan menjadi jernih. Terganggunya emosi tersebut membuat kita menjadi ketagihan dan membutuhkan asupan untuk pembebasan diri. Asupan ini seperti obat untuk membersihkan emosi-emosi yang selalu menjadi beban dalam hidup. Orang-orang yang menyaksikan dan menikmati konsep cinta dongeng tersebut akan merasa seperti mendapat pelajaran berharga bahwa suatu kebahagiaan harus dikejar sampai benar-benar didapatnya kebahagiaan tersebut. Hal inilah yang menjadi penyebab dari maraknya kisah percintaan yang beredar di berbagai cerita. Bahwa sebenarnya konsep cinta dongeng yang ramai saat ini tidak hanya sebagai cerita picisan/murahan semata, tetapi bisa sebagai alat refleksi untuk menghilangkan kejenuhan atau ketidakstabilan yang telah dihadapi oleh para manusia. Karena konsep tersebutlah yang membuat cerita yang bernuansa cinta dongeng ini akan tetap hadir dari masa ke masa dan menjadi suatu kebutuhan dari para peminatnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar