Ada anak perempuan biasa yang memiliki sisi kepribadian aneh. Sebut
saja namanya Imagi. Dia itu suka membayangkan hal-hal yang tidak jelas,
contohnya dia mempunyai teman imajinasi tapi tak hanya satu dan selalu berubah-ubah.
Teman imajinasi ini tidak keluar pada saat dia kecil, tapi keluar pada saat dia
sudah besar semenjak SMP. Bahkan pada masa kecilnya, dia tidak pernah mempunyai
teman imajinasi seperti layaknya anak kecil biasa. Jujur ini penyakit atau
bukan, tapi dia merasa nyaman dengan melakukan itu. Dia mempunyai ruangan
pribadi untuk melakukan imajinasi itu, biasanya dia melakukannya di ruang tidur
dan kamar mandi. Intinya adalah ruangan dimana tidak ada orang lain di tempat
itu dan tidak ada yang melihat. Tapi saat ini dia sudah tidak pernah lagi
berimajinasi di kamarnya lagi, dikarenakan ketahuan oleh ibunya disaat dia
sedang berbicara dan tertawa sendiri. Disaat itulah ibunya menganggap bahwa
anaknya itu memiliki atau mengidap penyakit gila yang terpendam didirinya. Lucu
sih terdengarnya, tapi itu hanya ucapan spontan dari seorang ibu yang kaget
melihat anaknya berkelakuan aneh. Yang membuat aneh diimajinasinya itu adalah
caranya dia berimajinasi. Dia berimajinasi tidak hanya ada di pikirannya saja,
tapi selalu melakukannya dengan berbincang-bincang sendiri atau berbincang-bincang
dengan teman-teman bayangannya yang selalu berbeda itu. Imajinasi itu sebenarnya
muncul begitu saja, tetapi menurut pendapat teman nyatanya yang anak psikologi,
hal itu bisa terjadi dikarenakan dari keinginan yang tidak bisa atau bingung
untuk mewujudkannya. Jadilah imajinasi tersebut terjadi. Imajinasi itu bisa
seperti film, kehidupan sehari-hari, debat, curhat, dan lain-lain.
Salah satu imajinasinya yang muncul, yaitu ketika anak perempuan
ini telah selesai menonton film kesukaannya, yaitu Harry Potter and the Half
Blood Prince. Sebenarnya dia selalu mengikuti film tersebut dari pertama sampai
akhir bahkan novelnya pun juga diikuti. Pada saat sampai di rumah, dia langsung
ke kamarnya dan terlintas dipikirannya bagaimana seandainya dia menjadi salah
satu dari teman-temannya Harry Potter. Berawal mula dengan membayangkan sebagai
figuran yang mondar-mandir, lalu cameo, selanjutnya pemeran pembantu yang
sangat berkaitan dengan pemeran utama dan selalu ada di film tersebut. Karena
film itu selalu terngiang di pikirannya, mulailah pemikiran aneh itu terbentuk
menjadi imajinasi, yaitu anak perempuan masuk dalam film tersebut dengan cara menjadi
teman mereka bertiga dan diberi nama Jasmine Granger, lucunya lagi imajinasinya
itu tidak pernah ingin seperti orang lain tapi tetap manjadi dirinya sendiri
dan tidak ingin merubah apa yang ada di film tersebut.
Nama Jasmine Granger ini terjadi dikarenakan anak perempuan yang
berkhayal ini asli dari Asia dan tidak memiliki keturunan penyihir. Karena
pengkhayal ini ingin sekali berada di dunia Harry Potter, akhirnya dia berusaha
membuat nama sendiri walaupun sedikit memaksa. Tercetuslah Jasmine Granger dan
khayalan itu pun terjadi seperti kehidupan sehari-hari tapi tetap hanya dalam
khayalan. Pada film Harry Potter and the Goblet of Fire, Jasmine Granger ini
hanya sebagai tokoh yang hanya numpang lewat dan tidak penting (figuran).
Jasmine ini berasal dari sekolah sihir perempuan yang bernama Beauxbatons dan
juga termasuk saudara sepupu dari Hermione Granger. Di film ini Jasmine hanya
ikut datang ke Hogwarts karena dia termasuk dalam perwakilan dari sekolahnya.
Pada saat film Harry Potter and the Order of Phoenix, imajinasinya
mulai berkembang tetapi tetap tidak merubah cerita aslinya dan hanya ada cerita
tambahan di depannya. Jasmine Granger ini sebagai pemeran tidak penting tapi
dibutuhkan. Tiba-tiba Jasmine ini sudah berada di kamar perempuan tepatnya di
asrama Gryffindor, Hogwarts dan sangat mengejutkan sepupunya Hermione Granger.
Hermione bertanya kepada Jasmine, kenapa sepupunya itu pindah ke Hogwarts.
Sepupunya itu pindah sekolah dikarenakan memiliki berbagai masalah di
sekolahnya yang lama. Sebenarnya di sekolah yang lama, Jasmine ini tidak
mempunyai teman karena dia adalah manusia berdarah kotor dan dia juga suka
berpetualang sendiri di sekolahnya. Sekolah yang lama itu lebih parah dibanding
sekolah Hogwarts, memang di setiap sekolah ada yang tidak suka dengan kehadiran
Darah Kotor. Tapi setidaknya kalau di Hogwarts masih bisa ditolelir, sedangkan
di sekolah sihir perempuan keberadaan Darah Kotor itu seperti musuh dan benar
dijauhi. Kembali pada 2 tahun yang lalu, disaat kesendiriannya di sekolah
lamanya, dia melihat ada bapak tua yang sedang berjalan di koridor sendirian.
Lalu bapak itu melihat ada bayangan dari balik tembok dan menghampirinya. Entah
kenapa bapak itu menghapiri seorang anak perempuan yang sedang duduk dengan
memeluk kedua kakinya yang sedang dilipat di loteng asrama. Bapak itu bertanya
pada Jasmine, “sedang apa kau disana? Bukankah malam-malam begini anak-anak dilarang keluar dari asramanya? Dan
kenapa kau sendirian di tempat gelap dan suram ini? Kamu bisa terkena hukuman
bila kepala asrama tahu kalau kamu tidak ada di kamar.” Pada saat anak ini
ingin menjawab pertanyaannya, dia tidak sengaja melihat muka bapak itu dari
cahaya kecil yang didapat dari sela lobang atap dan ternyata bapak itu adalah
Prof. Dumbledore. Lalu dia menjawab, “sudah biasa kok pak, saya sering
melakukan ini dan tidak pernah ada yang tahu.” Prof. Dumbledore ini bingung dan
terus mengamati wajah dari anak itu, sampai dia teringat oleh wajah itu dan
berkata, “kamu Jasmine Granger kan? Benar, kamu adalah Jasmine Granger. Saya
kenal dengan kamu, kamu adalah saudara sepupu dari Hermione Granger kan? Maaf
sebelumnya, orang tua kamu yang di bunuh oleh Kamu-Tahu-Siapa kan?” Jasmine
Granger bingung setengah mati akan pertanyaan dari professor itu, hingga ia
berkata “iya betul, saya Jasmine Granger. Tapi kenapa anda tahu saya dan tahu
tentang keluarga saya? Anda bukankah kepala sekolah Hogwarts?” Dumbledore
menjawab, “iya betul ini saya, sebenarnya berita tentang masalah keluarga kamu
ini sudah tersebar kemana-mana. Tapi berita kamu itu tidak seramai Harry Potter
karena kamu benar-benar bukan keturunan sihir, kamu 100% keturunan darah kotor,
dan seperti biasa di dunia sihir kalau ada pembunuhan tragis yang dihadapi oleh
keluarga Muggle selalu diabaikan.” Jasmine hanya tertawa sedikit dan terdiam
lagi, dia kembali melihat tembok yang ditulis olehnya dan berkata, “o, kalau
masalah penghinaan terhadap keluarga muggle, saya sudah tahu. Bahkan disini pun
saya dihina dan dicemooh baik dengan teman kelas, teman asrama bahkan guru pun
melakukan hal serupa kepada saya. Jujur saya depresi melihat keadaan ini, saya
tidak kuat. Tapi saya teringat akan pesan dari kedua orang tua saya dan sepupu
saya, Hermione Granger, bahwa saya harus ikut dalam sekolah sihir ini. Saya
berharap bisa terus bersama sepupu saya itu, tapi entah kenapa saya diterima di
sekolah buruk dan menjijikan ini.” Tiba-tiba ada suara dorongan pintu kecil
dari luar loteng, Jasmine dan Professor kaget dan sedikit menengok kebelakang. Lalu
Dumbledore dengan cepat berkata, “saya bisa menjadi teman kamu, kalau ada
masalah cerita saja dengan saya lewat surat yang dikirimkan oleh burung
hantumu. Oke. Saya pergi dulu, karena sepertinya ada orang yang ingin
mendengarkan pembicaraan kita.” Dengan mengedipkan mata, Dumbledore pergi dari
tempat itu.
Setelah dari pertemuan itu, Jasmine terus berpikir keras, apakah
dia harus mengirim surat ke Dumbledore untuk menceritakan dan mengeluarkan
kekesalannya agar perasaan itu tidak terus menggerogoti organ dalamnya.
Akhirnya anak itu telah memberikan keputusan, yaitu segera mengirimkan surat ke
profesor itu dan menjadikan orang itu sebagai teman, sahabat, guru, bahkan
orang tuanya sekalipun. Surat-menyurat pun terus terjadi, apalagi pada saat dia
terpilih dari sekolahnya untuk bisa ikut ke Hogwarts pada saat turnamen antar
sekolah sihir, dia sangat senang sekali. Karena dia bisa berbicara dengan
profesor itu secara dekat. Sampai suatu saat, Jasmine pun memberanikan diri
untuk menawarkan ke Profesor itu untuk membantu memindahkan dia ke Hogwarts.
Dumbledore pun kebingungan membantunya, tapi karena dia merasakan kasihan yang
terlalu dalam terhadap hidup Jasmine, Dumbledore pun bersedia untuk berbicara
kepada Kepala Sekolah Sihir perempuan itu. Kemudian pembicaraan itu disetujui
oleh kepala sekolah sihir permpuan itu dan perpindahan siswa dari sekolah yang
tidak diinginkan ke sekolah yang mendapatkan harapan baru pun terjadi. Jasmine
sangat senang dalam perjalanan perpindahan itu. Dia merasa, kebahagiaan yang
dulu pernah dirasakan kembali lagi. Lalu dia pun berhasil memberikan kejutan
kepada sepupunya itu di kamar Hermione. “begitulah ceritanya”, kata Jasmine.
Hermione pun tersenyum dan memeluk Jasmine walaupun dengan beribu kebingungan
dengan semua cerita sepupunya itu. Esok harinya saat perjalanan di koridor
menuju kelas, mereka berdua bertemu dengan dua anak laki-laki yang pastinya itu
adalah sahabat Hermione, yaitu Harry Potter dan Ron Weasley. Hermione pun lansung
menegur mereka berdua, “hey, kok aku ditinggal sih?” Ron pun menjawab, “kan
kamu yang dari tadi tidak muncul. Kemana saja kamu? Dikira kamu sedang berkutik
dengan tumpukan buku-bukumu itu. Hahahaha...” “tidak kok, aku dari tadi di
kamar aja, kenapa? Kalian kangen dengan aku?” tanya Hermione. “kangen? Tentu
tidak miss jenius. Mmm... ngomong-ngomong dia itu teman barumu? Hai..” Ron
menjawab dengan sedikit melirik perempuan yang berada di sebelah Hermione
sambil melambaikan tangannya. Hermione menjawab dengan sedikit sinis, “o,
perkenalkan ini sepupu aku namanya Jasmine Granger, dia memang anak baru di
sekolah ini dan juga penghuni baru di asrama kita. Kenapa? Kamu tertarik Ron?”
Jasmine pun membalas lambaian tangan Ron dan langsung berjabat tangan dengan
Harry dan Ron. “hai, aku Jasmine. Pasti kamu yang bernama Harry Potter kan?”
tanya Jasmine sambil menunjuk ke arah anak laki-laki yang berkacamata bulat.
Harry menjawab, “ya, kok tahu?” “pastinya, aku tahu kamu dari seorang temanku.
Lagipula kamu adalah penyihir paling terkenal di dunia dengan kehebohan cerita
kehidupanmu itu dan yang pastinya aku bisa mengenalmu dari tanda yang ada di
keningmu yang selalu menjadi pembicaraan banyak orang dari dulu hingga
sekarang. Dan kamu adalah Ronald Weasley kan?” jawab Jasmine dengan memberikan
senyuman khasnya. Ron kaget dengan pertanyaan dari Jasmine dan dia pun bertanya
dengan sedikit bangga terhadap dirinya, “kok kamu tahu aku? Aku pasti terkenal
sampai-sampai aku juga ikut dibicarakan oleh banyak orang kan? Harry berhati-hatilah,
ketenaranmu akan disusul olehku. Hahaha..” “ya tahulah, tadikan nama kamu
disebut oleh sepupuku ini. Lagipula nama kamu itu tercantum di buku kamu yang
sedang kamu pegang itu. Kalau masalah sering diomongin banyak orang, aku tidak
pernah dengar nama itu.” jawab Jasmine dengan senyuman lebarnya. “SIAL”, jawab
Ron sambil menggerutu. Tiba-tiba saja Profesor Dumbledore menghampiri mereka
berempat dan langsung menyapa Jasmine, “hai Jasmine. Nyenyakkah tidurmu? Semoga
hari-harimu di sini selalu menjadi hari-hari yang menyenangkan ya.” “hai pak,
nyenyak sekali tidurnya dan aku akhirnya merasakan mulutku ini dengan tarikan
lebar akibat senyumku ini.” jawab Jasmine dengan senyuman lebarnya lagi. “okeh
kalian langsung masuk ke kelas ya. Sampai jumpa.” kata Dumbledore sambil
melambaikan tangannya. Ron pun dengan heran berkata, “kok tumben-tumbennya pak
tua itu tidak menyapa kita bertiga? Dia hanya menyapa Jasmine? Apa ada yang
salah dengan otaknya?” Jasmine pun menjawab dengan sedikit membisik kepada mereka
bertiga, “otaknya tidak bermasalah kok. Dia adalah teman dan juga sahabatku.”
Jasmine pun langsung bergegas ke kelasnya dengan hati yang riang, sedangkan
mereka bertiga masih diam terpaku sambil menatap mata mereka masing-masing
dengan penuh kebingungan. Setelah itu, ceritanya pun dilanjutkan sesuai dengan
yang aslinya. Di film ini Jasmine hanya muncul pada scence latihan perang dan
saat makan di aula besar saja. (Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar